Apalagi, kata Nurmal lagi, parpol sekarang sudah bukan penentukan kemenangan pada pemilu. Yang menjadi penentu adalah figuritas.
Parpol dalam Industri Politik
Partai saat ini sudah berada dalam industri politik. Bukan lagi sistem demokrasi. Itulah sebabnya, Pemilu disebut sebagai arena transaksi, bukan pesta demokrasi.
Karena sudah menjadi industri politik, maka partai politik dan politisi lebih banyak membiayai investasi politik. Tidak adalah pembiayaan untuk pendidikan politik. Nurmal menyarankan agar politik berinvestasi langsung, jangan berinvestasi di partai politik. Alasannya, kata nurmal, ia susah mempercayai partai politik sekarang.
Andaikan ia adalah pemimpin atau pemilik partai politik, Nurmal hanya mau menerima politisi yang suka pindah-pindah itu jika mereka mempunya potensi elektoral yang besar. Yang paling utama selain dari potensi elektoran, adalah potensi finansialnya.
Jika dia petualang politik, Nurmal hanya mau gabung di partai politik yang menjamin kepentingan pribadinya sebagai syarat. Menurut Nurmal, hal itu penting karena berpindah partai itu seperti berjudi, karena banyak yang tidak tercapai tujuannya di partai barunya.
Begitu runyam dan amburadulnya perilaku pindah-pindah partai ini, Nurmal menyabutkan bahwa tidak ada lagi moralitas dalam politik. Ketiadaan moralitas (amplop atau money poltic–red) itu juga sudah mengakar di tingkat akar rumput.
Pesan Nurmal kepada partai yang kedatangan petualang politik atau yang baru saja meninggalkan parpol lamanya, periksa mereka! Apakah mereka bawa banyak uang banyak atau tidak!
Itu penting karena partai butuh banyak uang untuk operasional partai, perawatan struktur, dan pengkaderan. Secara umum, tidak masalah jika disebut bahwa partai sebagai rumah singgah.
