SOROTAN
Penulis: Maqbul Halim
Bocah itu bernama Rayyan Arkan Dikha (11 tahun), atau Dhika. Ia menyihir dan membius dunia dengan tarian khasnya di atas haluan perahu panjang, atau “Jalur” (penamaan oleh masyarakat adat Riau). Potongan rekaman aksinya pada festival Pacu Jalur, menyerupai retakan kaca yang merembes di ruang maya dengan cepat, lalu menjadi model yang hidup pada keseharian masyarakat global di Asia, Eropa, Afrika, Amerika, dan Australia.
Dhika yang “navigator” atau pemandu Onjai, tubuhnya menari, melayang dan melesat di atas permukaan arus air sungai Kuantan. Ujug-ujug, Dhika menjadi ikon tradisi dan budaya lokal masyarakat adat Riau di palagan Dunia Viral.
Dari tepian sungai Kuantan, Kabupaten Kuantan Sengingi (Kuasing), tradisi Pacu Jalur seperti air mengalir yang mengantar Dhika ke seluruh dunia. Aliran airnya merayap menanjak sisi bukit, melangkahi tembok tinggi, melompati bendungan, dan melintasi batas-batas benua.
Bocah Dhika pun mendapat banyak julukan. Warganet menjulukinya sebagai “Boat Kid Aura Farming”. “Aura Farming” sendiri adalah istilah dari kalangan Gen Z dan Alpha untuk sosok yang membangun pesona dirinya menjadi keren dan nyentrik seperti tokoh utama pada film laga. Netizen sendiri di dunia maya memberikan julukan “Aura Farming”.
Sebutan lain untuk aksi Dhika tersebut, antara lain “Boat Kid Aura Farming”, atau “Aura Farming Kid on the Boat”. Tapi lebih banyak netizen memberikan sebutan simpel, yaitu Aura Farming.
Selebriti Dunia Parodikan Tarian Dhika
Cuplikan video tarian Dhika yang penuh gaya di atas Jalur (perahu panjang), melesat seperti roket hipersonik di angkasa TikTok, Intagram, Youtube, dan berbagai platform media sosial.
Tariannya yang penuh percaya diri, mengayunkan tubuh dan memutar tangan mengikuti ritmis laju Jalur, menciptakan visual yang memukau dan memaku mata Umat-Net bergeming.
Tarian Dhika menjadi tren global. Klub-klub sepak bola papan atas seperti AC Milan dan Paris Saint-Germain (PSG) membuat video parodi menirukan gaya Dhika. Melly Mike yang lagunya kerap menjadi musik latar video aksi Dhika, akan datang langsung dengan biaya sendiri untuk manggung di festival Pacu Jalur pada Agustus tahun ini.
Footagenya melibatkan bintang tenar seperti Neymar. Bahkan selebriti internasional seperti Achraf Hakimi, Travis Kelce, Steve Aoki, hingga YouTuber Joe Hattab ikut mengunggah konten mereka memparodikan tarian Dhika.
Mark Marquez dari Spanyol dan pembalap motor GP lainnya di sirkuit Jerman bulan ini juga ikut memparodikan joged kreasi Dhika ini.
“Saya sendiri yang menciptakan tarian ini. Tarian itu tercipta secara spontan,” ujar Dhika kepada BBC Indonesia pada minggu lalu.
Tradisi Abad ke-17 yang Bangkit di Era Digital
Pacu Jalur, bukanlah sekadar hiburan untuk viral atau wacana. Tradisi ini merupakan warisan Budaya Tak Benda (WBTb) yang hidup di sanubari masyarakat Riau sejak abad ke-17. Sejak 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan tradisi Pacu Jalur sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh.
Sungai tersebut membentang dari Hulu Kuantan hingga tepian Cerenti. Lamat-lamat, Jalur menjadi simbol status. Fungsi Jalur berubah menjadi perangkat lomba pacu kendaraan air antar wilayah, terutama pada bulan Agustus. Jadi, lomba Pacu Jalur sudah menjadi pesta rakyat yang selalu mewarnai perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus.
Setiap tahun, sorak-sorai penonton, dentuman meriam, dan semarak kostum para pendayung yang berhias megah seperti tokoh-tokoh legenda Melayu, mewarnai perayaan Pesta Agustusan di Kabupaten Kuasin. Pesisir sungai Kuantan seperti tepi Narosa, Teluk Kuantan, menjadi riuh dan penuh warna.
Pada zaman pemerintahan kerajaan Belanda, tradisi Pacu Jalur bahkan merupakan bagian dalam perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina. Inilah sebabnya kenapa Pacu Jalur bukan sekadar even tradisi lokal.
Tradisi Pacu Jalur di atas telah menjadi identitas pada masa pemerintahan lokal kerajaan Belanda di daerah Riau. Pada masa itu, Jalur atau perahu panjang dari kayu besar ini, berfungsi menjadi sarana transportasi masyarakat Rantau Kuantan di sepanjang sisi Sungai Batang Kuantan.
Pekan lalu, wisatawan internasional dan domestik memadati Bandara Internasional Riau Sultan Syarif Kasim II. Tamu mancanegara dan domestik memenuhi Zona sekitar sungai Kuantan. Tidak banyak akomodasi di pelosok Kuantan saat Pacu Jalur berlangsung empat hari (20-24 Juli). Tapi jumlah wisatawan meningkat 40% dari festival sebelumnya.
Momen Viral Modal Perkuat Strategi Budaya
Aksi Dhika yang menghebohkan media sosial, ternyata membawa dampak nyata. Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, menyebut fenomena ini sebagai peluang emas bagi pariwisata.
“Budaya lokal kita terbukti punya daya tarik global. Pacu Jalur kini bukan hanya warisan, tapi aset branding Indonesia,” tegasnya kepada sejumlah media di Indonesia.
“Saya senang jadi viral,” kata Dhika singkat, saat bersama awak media di Jakarta.
Atas prestasinya, Dhika kini mendapatkan gelar Duta Pariwisata Riau dan mendapatkan beasiswa pendidikan dari pemerintah daerah.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon
Merespons viralnya aksi Dhika pada even Pacu Jalur ini, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan rencana strategis pemerintah. Menurut Menteri Fadli, pemerintah akan menjadikan ekspresi budaya lokal ini sebagai percakapan dunia (Global Discourse–Pen),” ujarnya saat berbicara dalam Taklimat Media di kantor Kemendikbud, Rabu (9/7/2025).
Fadli menyebut pihaknya tengah menyiapkan usulan dan telaah Pacu Jalur ini ke UNESCO. Tujuannya adalah untuk mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dunia (Intangible Cultural Heritage – ICH).
“Antriannya panjang, tapi kami akan siapkan naskah akademik dan dossier sebaik mungkin. Dengan viralitas ini, peluang semakin terbuka,” ujar Menteri Fadli menambahkan.
Menteri Fadli melihat bahwa aksi Dhika dan tradisi Pacu Jalur ini bukan lagi sekadar lomba, tapi bisa menjadi ajang diplomasi budaya yang unik dan kuat. Untuk itu, kata menteri Fadli, pemerintah mewacanakan mengundang atlet dan artis internasional untuk tampil dan berperan pada festival Pacu Jalur di masa mendatang.
Festival Nasional Siap Digelar Agustus 2025
Pemerintah Kabupaten Kuansing telah menetapkan jadwal Festival Pacu Jalur secara besar-besaran pada 20–24 Agustus 2025 di Tepian Narosa, Teluk Kuantan. Dengan sorotan internasional yang kini mengarah ke sungai Kuantan, pemerintah memprediksi banyak wisatan lokal dan mancanegara akan datang menyaksikan festival.
Roni Rakhmat menegaskan kesiapan daerahnya untuk menyambut arus wisatawan.
“Kami benahi infrastruktur, siapkan homestay, dan koordinasi lintas sektor. Pihaknya tidak akan menyia-nyiakan momentum ini,” kata Roni kepada sejumlah media.
Karena itu, masyarakat kabupaten Kuasin terus membenahi daerahnya. Mereka menjaga keaslian nilai-nilai Pacu Jalur, sembari menyambut eksposur dari internet dan media global sebagai peluang modernisasi tradisi.
Seperti kata pepatah lama, air yang tenang menghanyutkan. Dan dari tepian Sungai Batang Kuantan yang tenang, lahirlah gelombang budaya yang “menggetarkan” dunia.
Tak ada yang pernah menyangka, hanya dengan satu tarian kreasi bocah Dhika di atas haluan Jalur, kini menjelma menjadi ikon gaya global, style global, yang mendekatkan dunia pada akar-akar tradisi dan budaya Indonesia. Menjelma dalam sekejap melampaui jasa hastage dan headline berita.
Sosok dan Tarian Dhika di Mesin Algoritma
Dhika bukanlah kreator konten yang harus bekerja keras mencari perhatian di laman-laman sosmed. Ia hanya menari di suatu titik yang jauh dari ruang-ruang motivasi algoritma. Ia mencipta bukan demi klik (click bait).
Dhika memberikan sesuatu yang benar-benar otentik, bukan sensasi. Tak ada pihak yang mengaturkan make-up dan pencahayaan demi estetika algoritma. Ia tidak menyusun tariannya melalui sanggar seni demi peluang viral, serta tidak menukar kebaruan dengan tren viral yang seumur jagung.
Dhika menari untuk jiwanya yang dibesarkan oleh kultur masyarakat Melayu Riau. Nilai budaya dan istiadat masyarakat Melayu Riau-lah yang menggerakkan batinnya dalam gerakan tari itu. Tariannya yang menawarkan perasaan universal, menghibur jiwa Melayu Riau yang jarang menyala di sanubari masayarakat Melayu Riau.
Tubuhnya menari dengan jujur. Tidak ada mesin performa yang mengatur tariannya untuk menghasilkan keindahan. Dhika sendiri hadir di atas haluan Jalur sebagai dirinya sendiri, sesuatu yang tidak mungkin berasal dari sutradara dan kreator konten secara komersil.
Kekuatan tarian Dhika di dunia sosmed bukanlah pada bagaimana kreasinya menyesuaikan diri dengan “syarat dan ketentuan” dunia algoritma. Tetapi bagaimana tarian Dhika memaksa dunia algoritma itu menyesuaikan diri.
Hari ini, sejak kemarin, sampai besok, dan besoknya lagi, mata dunia akan tertuju pada hastage Pacu Jalur, tarian Dhika, Aura Farming, Kid on the Boat, Sungai Kuantan, Kuasin. Admin sosmed yang sudah dikontrak untuk menaikkan jumlah liker dan subsciber kliennya, terus bekerja siang sampai siang untuk mereproduksi tema Pacu Jalur dan tarian Dhika ini.[]
=======

Artikiel Opini ini ditulis oleh Maqbul Halim (maqbulhalim@gmail.com), yang bekerja sebagai wiraswasta di Kota Makassar. Opini ini adalah kiriman dari penulis sendiri. Isi opini adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi BerandaIndonesia.com.