Bendera One Piece Berkibar, Fiksi Menggugat Realitas

Bendera One Piece

Bender One Pieces yang berkibar jelang 17 Agustus 2025. (Dok. https://www.soulofjakarta.id/)

Kritik di negeri ini kini juga bertranformasi, telah jarang berbentuk pekikan di jalan raya. Kini hadir dalam bentuk meme, mural, musik, bahkan bendera bajak laut yang kini ramai dibicarakan dan didiskusikan. Bahasa sindirannya dianggap lebih aman dan nyaman dibanding bahasa tuduhan.

Mungkin karena di negeri ini, kata-kata bisa dianggap lebih berbahaya daripada kesalahan itu sendiri. Itulah sebabnya, banyak orang memilih berbicara lewat simbol—karena simbol sulit dibungkam, dan seringkali lebih nyaring daripada mikrofon.

Mencuatnya fenomena seruan pengibaran bendera One Piece memicu pro-kontra di kalangan pejabat pusat dan daerah. Namun, Presiden Prabowo Subianto dianggap tidak merasa gusar dengan fenomena pengibaran bendera One Piece jika tujuannya sebagai bentuk kreativitas masyarakat (suara.com, 9/8/2025).

Baca Juga  Aswar Hasan Eks KPI Pusat Wafat di Makassar

Olehnya itu, Mensekneg Prasetyo Hadi menegaskan bahwa pemerintah tidak akan melakukan razia pengibaran bendera One Piece. Pemerintah menghargai simbol kritik yang ingin disampaikan melalui pengibaran bendera dari serial karya Eiichiro Oda itu.

“Makna kritik enggak masalah. Pemerintah sangat terbuka. Kami menyadari banyak pekerjaan rumah yang perlu diperbaiki,” kata dia di Tempo.com (5/8/2025).

Sayangnya, sikap presiden dan Mensekneg tersebut, tidak seragam di kalangan pejabat di pusat dan di daerah. Dalam pada itu, menarik untuk disimak kritik karikatur yang mengelitik atas berubahnya simbol Panji Koming (karikatur kritik Kompas) menjadi mirip simbol di bendera one piece (Kompas,10/8/2025).

Presiden Prabowo, Bung Hatta dan Bung Karno

Bung Hatta pernah berkata, “Indonesia merdeka bukan untuk satu orang, satu golongan, tetapi untuk semua.”

Baca Juga  Presiden Prabowo Resmi Luncurkan Logo dan Tema HUT RI ke-80

Kalimat itu kini terdengar seperti surat cinta lama yang tersimpan di laci berdebu—indah dibaca, tapi tak terasa di pelukan sehari-hari.

Bung Karno pun mengingatkan, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”

Dan di sinilah kita terjebak dalam perjuangan melawan ketidakpedulian yang pelan-pelan merampas makna kemerdekaan.

Ketika kritik hadir dalam melalui bendera Jolly Roger, berbentuk tengkorak bertopi jerami bersilangkan tulang, maka tugas negara bukan hanya menegur, tetapi juga bagaimana bisa mendengar.

News