TPA Antang, Sanitary Landfill Bukan Proyek Fisik

Truk Sampah Makassar

Truk Sampah mengantri panjang untuk membuang (loading) sampah muatannya di TPA Antang, Kota Makassar. (dok. Berandaindonesia.com)

Editorial

Pekan lalu, publik Kota Makassar kembali melihat persoalan klasik tentang pengelolaan sampah di Kota Makassar. Puluhan armada sampah mengantri berjam-jam untuk untuk masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang.

Akibatnya, bau tidak sedap menjejali udara pada bagian kota Makassar sekitar TPA. Jadwal penjemputan sampah di rumah-rumah warga juga molor hingga keesokan hari.

Walikota Makassar Munafri Arifuddin langsung merespon. Dua hari berturut-turut, ia menginspeksi langsung kondisi TPA.

Dia memimpin langsung penanganan darurat. Ia memimpin langsung perbaikan kerusakan jalan akses masuk TPA dengan menebarkan material batu dan pasir agar tidak licin.

Tak berhenti di situ. Pemkot juga sudah punya rencana membangun jalan beton dalam lokasi TPA. Untuk mengantisipasi peningkatan produksi sampah, Pemkot Makassar juga menambah armada pengangkut baru sebanyak 100 unit.

Saat ini sedang ditelaah, apakah pengadaan dengan metode pembelian atau penyewaan. Ini merupakan pembenahan jangka menengah terhadap persoalan sampah.

Namun demikian, kita perlu mengingatkan bahwa penyelesaian masalah sampah di Makassar tidak cukup hanya dari sisi infrastruktur atau pengadaan alat. Jalan rusak dan armada terbatas adalah persoalan hulu yang sudah sangat kompleks.

Akar persoalannya terletak pada belum terbangunnya sistem pengelolaan sampah yang menyeluruh dan berkelanjutan. Upaya pengelolaan sampah harus dari hulu. Harus ada sistem, dimana ada pemilahan sampah sejak di tingkat rumah tangga dan bangunan-bangunan komersil.

Hingga hari ini, belum ada kebijakan yang tegas dan sistematis dalam mendorong partisipasi warga untuk memilah sampah organik dan anorganik sejak dari sumbernya. Volume sampah bisa berkurang dari kegiatan pemilahan benar. Volume sampah yang masuk di TPA akan jauh berkurang.

Sanitary Landfill

Kita menyambut baik rencana Pemerintah Kota Makassar untuk mulai menerapkan sistem “sanitary landfill” di TPA Tamangapa, sebagaimana pernah disampaikan oleh Walikota Munafri. Sistem ini merupakan lompatan penting dari praktik “open dumping” yang ada di TPA Antang saat ini.

Namun, perlu diingat bahwa pembangunan sistem “sanitary landfill” bukanlah proyek fisik. Itu adalah program transformasi secara menyeluruh: dari kelembagaan, anggaran, teknologi, hingga budaya kerja aparatur dan masyarakat.

Kota Makassar membutuhkan tata kelola persampahan yang terpadu, efisien, dan berbasis data. Rencana pengadaan armada baru harus dibarengi dengan audit menyeluruh terhadap kondisi armada lama, sistem rute pengangkutan, dan fungsi pengangkutan.

Jangan sampai pengadaan ini justru menjadi beban anggaran, serta membuka ruang praktik pemborosan. Karena itu, pemerintah harus mengelolanya dengan perencanaan dan akuntabilitas tinggi.

Penanganan sampah bukan semata urusan teknis, tetapi juga urusan politik tata kelola publik. Ia membutuhkan komitmen jangka panjang yang lintas rezim pemerintahan, bukan sekadar respons insidental saat krisis muncul. Bukan sekadar harus berbeda dari rezim sebelumnya.

Pada titik inilah Pemerintah Kota Makassar diuji, apakah mampu melampaui pendekatan reaktif menuju pendekatan strategis, atau kembali terjebak dalam pola tambal sulam!

Effort ini ingin menegaskan bahwa Makassar bisa menjadi kota percontohan dalam pengelolaan sampah jika sistemnya berkelanjutan, bukan membangun sistem baru dari nol.

Infrastruktur, teknologi, dan pemimpin yang responsif adalah prasyarat. Namun lebih dari itu, dibutuhkan keberanian untuk melibatkan warga, membuka data, dan merombak kultur birokrasi yang selama ini kurang adaptif terhadap perubahan sistem pengelolaan sampah.

Pemkot Makassar mulai menerapkan Program Bebas Iuran Sampah bagi rumah dengan kategori tertentu. Rumah yang daya listriknya 450-900 VA, akan mendapatkan diskon 100 persen iuran.

Jalan menuju kota yang bersih dan modern memang panjang. Tapi tidak ada jalan pintas jika kita ingin Kota Makassar bebas dari krisis sampah, hari ini maupun di masa depan.

Kota Makassar tidak bakal cantik jika tidak indah. Tidak ada keindahan kalau tidak bersih. Tidak ada kebersihan jika pengelolaan sampah masih seperti sekarang.[]

News